Jerit Pilu Warga Surabaya Tak Sampai ke Telinga Pemimpin, Ini Faktanya

abadinews.id
BG saat meminta pertolongan pemimpin Surabaya dengan didampingi bibinya

Abadinews.id, Surabaya - Sungguh malang nasib BG (8) warga Sambikerep Surabaya, ada pepatah mengatakan Sudah Jatuh Tertimpa Tangga. Itu yang terjadi pada warga Surabaya.

Setelah mengalami tragedi berdarah yang membawa korban Nita Nur Zulaihah (36) MD dan Kakak DR (17) luka bakar parah, BG tetap dibebani biaya Rumah Sakit di RSUD dr. Sutomo sebesar Rp. 200 juta lebih

Baca juga: Debindo Mitra Tama Gelar Pameran Terbesar Surabaya Expo 2024

Ditemani bibi-nya Susi asal Malang, anak sekecil itu harus pontang-panting mencari bantuan untuk pembiayaan Rumah Sakit, baik di Pemkot dan sekarang di DPRD Kota Surabaya.

"Kami sudah ke Pemkot, belum ada tindak lanjut, ke BPJS katanya tidak bisa ngaver dan sekarang mencoba mengadu ke Wakil Rakyat, yang kenal cuma pak Baktiono," tutur Susi sembari menangis di depan ruangan komisi C kantor DPRD Surabaya, Selasa siang (09 Mei 2023).

Susi menjelaskan bahwa kakak kandungnya, Nita sudah MD dan meninggalkan biaya RS sebesar Rp. 65 jutaan. Sementara untuk keponakannya DR sampai saat ini biayanya sudah mencapai hampir Rp. 190 juta.

"Untuk perawatan BG yang menderita luka bakar sekitar 10 persen, sudah kami bayar sebesar Rp. 1,5 jutaan, sekarang sudah keluar," terangnya.

Kami sungguh bingung, tagihan sebesar itu kami tidak sanggup membayarnya, jelas Susi yang mengaku saat ini meninggalkan anak-anaknya yang masih Balita di Malang untuk merawat keponakan di RSUD dr. Sutomo.

Sementara itu, Bagus staf Komisi C mengatakan Pak Baktiono belum ngantor karena masih melaksanakan tugas Kedewanan. Namun ia berjanji akan segera menyampaikan kepada yang bersangkutan.

"Maaf pak Baktiono belum ngantor, melaksanakan agenda Reses Dewan. Kami minta foto copy berkas dan nomer telpon yang bisa dihubungi, biar cepat mendapat bantuan," kata Bagus saat ditemui (Nawacitapost.com).

Dihubungi via telponnya, Baktiono Ketua Komisi C menyatakan siap mengawal keluarga tersebut.

"Ini adalah musibah, namun peristiwa apapun negara harus hadir dan membantu, apalagi terkait warga yang tidak mampu," tegas Baktiono.

Menurutnya, dalam perkara ini negara bisa berarti rumah sakit. Kemudian juga bisa Pemerintah Kota dan Provinsi. Mereka harus turun tangan dan membantu, ungkap Politisi Gaek PDI Perjuangan.

"Ini keluarga tidak mampu, dan tidak mungkin bisa membayar biaya rumah sakit sampai ratusan juta," geram Baktiono.

Baca juga: Ciptakan SDM Unggul Pemkot Surabaya dan BKKBN Jatim Wisuda 2.419 Lulusan SOTH

Oleh karena itu, masih kata pak Bak sapaan Baktiono, Pemerintah Provinsi saat ini tidak boleh tinggal diam, harus membantu sepenuhnya. Dibebaskan dari biaya Rumah Sakit, diberi santunan, dan rumahnya yang rusak ikut diperbaiki, tandasnya.

Kemudian, Pemerintah Kota juga harus membantu menyiapkan dokumen-dokumennya yang mungkin hilang karena ikut terbakar.

"Intinya, dalam musibah ini semua harus turun tangan, gotong-royong untuk menyelesaikannya. Jangan sampai warga yang terkena musibah malah kesana kemari mencari bantuan," tukas Baktiono.

Masih Baktiono, kalau satu orang saja yang menderita seperti ini tidak segera bisa diselesaikan, Pemerintah akan sulit untuk menyelesaikan kalau ada peristiwa yang lebih besar lagi.

"Semua harus turun tangan. Mulai Pemkot dengan Dispenduk Capilnya, DP5A terkait psikisnya, Kecamatan, Kelurahan, RT RW dan Kader KSH, harus ikut membantu," papar Baktiono.

Dan saya rasa itu adalah kewajiban Pemerintah, termasuk membantu semua biaya yang dikeluarkan, termasuk menyediakan tempat saat rumahnya masih tersegel police line, ujarnya.

Baca juga: Pemkot Surabaya Sepakati PKS Tripartit Bersama DJP dan DJPK

Paling tidak, lanjut Baktiono, Pemerintah menyiapkan shelter untuk keluarganya.

"Warga sudah terbebani secara fisik dan psikis, kasihan sekali. Saya berjanji akan memfasilitasi baik ke baik Pemerintah Provinsi, rumah sakit Provinsi, DPRD Provinsi, Walikota, ketua DPRD, semuanya," ucap Baktiono.

Diberita sebelumnya menjelaskan bahwa pada 14 April lalu terjadi peristiwa tragis kasus dibakarnya seorang ibu warga Sambikerep NN bersama 2 anaknya DR dan BG. Tersangka keji pembakarnya adalah Sutikno (53) suami siri NN yang diketahui sudah pisah ranjang.

Sore tanggal 14 April, Sutikno menemui NN minta maaf dan bermaksut ingin kembali menjalin rumah tangga, namun ditolak karena Sutikno diketahui sangat kejam terhadap anak-anak tirinya. Ia diketahui memukul, malam-malam sang anak seringkali diguyur air dari bak mandi dan kekejaman-kekejaman yang lain.

Setelah 4 hari peristiwa pembakaran, NN meninggal dunia, DR (17) masih dirawat sampai hari ini dengan luka bakar yang hampir 90 persen. Sementara si kecil BG sudah sembuh dan pembiayaan sudah terbayar atas santunan para donatur dengan biaya sekitar Rp. 1,5 juta.

Nah, saat ini keluarga kebingungan dengan semua pembiayaan yang beberapa kali telah ditagih pihak RSUD dr. Sutomo. Untuk tagihan yang belum terbayar adalah Rp. 65 juta (untuk perawatan NN) dan Rp. 190 juta untuk perawatan DR yang sudah hampir sebulan ini. (AD1/nawi)

Editor : hadi

Peristiwa
Berita Terpopuler
Berita Terbaru