Abadinews.id, Malang - Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc., PhD. mengatakan perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat penting dan strategis untuk membantu mengatasi permasalahan stunting yang terjadi di Indonesia.
“Peran perguruan tinggi menjadi sangat penting dan strategis, karena Bangsa kita masih tercatat dalam bagian wilayah stunting, yang masuk lebih dari 30 persen. Ada 4 wilayah tertinggi angka stuntingnya, yaitu NTT, Sulawesi Barat, NTB dan Aceh,” tutur Prof. Damanik dalam pertemuan Focus Group Discussion (FGD) di Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Kamis (06/10).
Baca Juga: Gunakan Kostum Pejuang, BKKBN Jatim Gelar Peringatan Hari Pahlawan
Pertemuan ini dibuka resmi oleh Dekan Fakultas Pertanian Peternakan, Dr. Ir. Aris Winaya, MM., MSi, IPU., dan turut dihadiri Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD., dosen Fakultas Pertanian Peternakan, Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, MP., IPU., Peneliti BRIN, Dr. Iswari Hariastuti, M.Kes., Koordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukamto, SE., M.Si dan dosen di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam sambutan Dr. Aris menyampaikan dalam upaya percepatan penurunan stunting dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dengan melakukan penelitian jangka panjang serta secara intens dan berkesinambungan mengkomunikasikan isu-isu kesehatan di lapangan.
“Mahasiswa sebagai influencer untuk mengedukasi kepada masyarakat. Di kampus ada program KKN tematik, program dan kegiatan percepatan penurunan stunting menjadi program prioritas kami”, jelasnya.
Sementara itu Prof. Damanik menuturkan perguruan tinggi dapat membantu pemerintah untuk memberikan pendampingan kepada keluarga yang beresiko stunting, sehingga ibu-ibu dapat melahirkan bayi yang sehat melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Baca Juga: Kaper BKKBN Jatim Beri Kuliah Umum 250 Mahasiswa Umsida Tentang Kesehatan
Berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 sebagai pedoman turunan dalam pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI), Perguruan Tinggi termasuk didalam struktur sebagai Koordinator Monitoring Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting. Salah satu peran Perguruan Tinggi adalah turut membantu masyarakat terutama pada pemenuhan gizi yang sehat, beragam dan seimbang. "Masih ada masyarakat yang terdampak dengan penggunaan pestisida pada tanaman sayur dan buah, yang menyebabkan polutan. Kita ikut mengantisipasi berbagai dampaknya salah satunya stunting. Sehingga kita lakukan berbagai kegiatan bekerjasama dengan BKKBN untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat," tandas Prof. Damanik.
Stunting merupakan salah satu tantangan besar dalam upaya pembangunan sumber daya manusia untuk mewujudkan generasi unggul dan berkualitas. Kendati hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 menunjukkan terjadi penurunan angka prevalensi stunting dari 27,7% pada 2019 menjadi 24,4% pada 2021, angka tersebut masih cukup tinggi mengingat WHO menetapkan standar angka stunting di sebuah negara setidaknya berada di bawah angka 20%. Dengan angka prevalensi stunting 24,4%, artinya 6 juta dari 23 juta anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemerintah berupaya menurunkan angka stunting dengan menargetkan angka prevalensi stunting turun di angka 14% pada tahun 2024. Namun upaya serta tanggung jawab penurunan angka prevalensi stunting tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan perlu keterlibatan aktif serta kolaborasi multisektoral.
Baca Juga: BKKBN Jawa Timur Pertahankan Sertifikat ISO SMAP
Prof. Damanik juga menyambut baik sinergi yang luar biasa, ini bisa jadi referensi semua pihak bagaimana kita bergotong royong menangani permasalahan serius salah satunya stunting. Dalam program ini, seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa dapat ikut berperan menurunkan angka stunting.
“Mahasiswa penting, Mahasiswa Peduli Stunting, karena kesadaran dan pemahaman masyarakat adalah kunci utama dalam upaya mencegah dan mengatasi stunting,” pungkasnya.(AD1)
Editor : hadi