Abadinews.id, Malang - Angka Stunting di Indonesia sudah turun namun masih belum memenuhi target. Untuk itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melakukan berbagai upaya untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia salah satunya dengan melibatkan para pakar dan akademisi baik dalam negeri maupun luar negeri melalui berbagai kajian-kajian ilmiah yang dibedah dalam acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022 di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang (04/10/22).
Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengungkapkan angka stunting di Indonesia sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun kemarin. Berdasarkan data SSGI 2021, angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen sedangkan di Jawa Timur sebesar 23,5 persen.
Baca Juga: Gunakan Kostum Pejuang, BKKBN Jatim Gelar Peringatan Hari Pahlawan
"Kegiatan ini merupakan agenda dua tahunan dan kegiatan hari ini merupakan kegiatan yang ke dua. Sedang yang pertama dilakukan pada tahun 2018 lalu," tutur Hasto.
Doktor Hasto menambahkan selain masalah stunting, Indonesia juga akan segera dihadapkan pada aging population pada tahun 2035, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56 %) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9.7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48.2 juta jiwa (15,77%).
"Saat terjadi aging population dibutuhkan Sumber Daya Manusia usia produktif yang berkualitas karena terjadinya dependensi rasio yang sangat tinggi. Dimana usia produktif harus menanggung biaya SDM yang tidak produktif yaitu lansia dan anak usia dibawah 14 tahun. Dimana kedua unsur SDM ini tidak produktif tetapi membutuhkan biaya yang cukup besar," jelas Hasto.
Untuk itu, sambung Doktor Hasto sangat penting bagi Indonesia untuk menurunkan angka stunting bahkan zero stunting untuk menyambut era aging population tersebut.
"Anak stunting tersebut pasti merupakan SDM yang kurang bisa bersaing dimasa depan. Padahal tugas dan tanggung jawab mereka sangat besar," terangnya.
Untuk itu, BKKBN bersama mitra terus melakukan berbagai upaya untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia dengan melakukan upaya pencegahan terjadinya stunting. Selain itu, BKKBN juga mempersiapkan program pemberdayaan ekonomi usia non produktif perempuan, dimana angka lansia perempuan akan lebih besar dibanding lansia pria. Dimana angka kematian pada kaum pria lebih tinggi daripada angka kematian pada kaum perempuan.
Baca Juga: Kaper BKKBN Jatim Beri Kuliah Umum 250 Mahasiswa Umsida Tentang Kesehatan
Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Elestianto Dardak mengungkapkan apresiasi terhadap kinerja BKKBN dimasa kepemimpinan Dr. Hasto Wardoyo selama ini.
"Saya sangat salut kepada Kepala BKKBN sejak saya menjadi Bupati Trenggalek, Pak Hasto ini sangat tepat dalam pengambilan kebijakan dalam mengatasi masalah kependudukan ini," tandas Emil Dardak.
Emil menambahkan agar kebijakan yang diambil tepat sasaran dan program bisa berjalan sesuai dengan target maka dibutuhkan data yang stabil dimana setiap Kementerian/Lembaga memiliki kesamaan data. Selama ini, data antar K/L masih ada selisih.
"Untuk itu, kami membutuhkan data stabil by name by address yang bisa dimanfaatkan oleh semua K/L sesuai dengan kebutuhan masing-masing," tukasnya.
Baca Juga: BKKBN Jawa Timur Pertahankan Sertifikat ISO SMAP
Sebelumnya, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo mengungkapkan Tri Dharna Universitas adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Universitas Brawijaya telah melakukan pendampingan masyarakat terkait stunting dengan melibatkan lebih dari 800 mahasiswa dan dosen di sekitar malang raya dalam kegiatan KKN Tematik di Tahun 2022.
"Selain masalah stunting, Universitas Brawijaya juga mempersiapkan permasalahan yang akan muncul saat aging population terjadi. Dimana, berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempersiapkan dan mencari alternatif nutrisi dan pangan yang diharapkan dapat mengurangi berbagai masalah yang menyertai penuaan," ucapnya.
Sementara itu, di sesi Press Conference, YBrs. Encik Abdul Shukur bin Abdullah, Head Director of Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Nasional (LPPKN), Malaysia mengatakan tidak hanya di Indonesia, masalah stunting juga menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Malaysia dimana berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Malaysia saat ini angka stunting di Malaysia masih di angka 21%.
"Selain Stunting, Malaysia juga menghadapi aging population pada tahun 2039 atau 5 tahun lebih awal dibandingkan dengan Indonesia. Sedang untuk TFR Malaysia masih di angka 1.7 dengan target tahun 2022 ini di angka 1.5," pungkasnya.(AD1)
Editor : hadi