YKPN Sosialisasi Revolusi Peningkatan Produktivitas Pertanian

avatar abadinews.id
Pengurus YKPN Pusat dan YKPN Jatim, perwakilan Bulog dan BRI, ketua gapoktan dan Kades Dawuhan Wetan.
Pengurus YKPN Pusat dan YKPN Jatim, perwakilan Bulog dan BRI, ketua gapoktan dan Kades Dawuhan Wetan.

Lumajang - Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) Pusat dan YKPN Jawa Timur menggelar sosialisasi pengembangan budidaya penanaman padi dengan teknologi organik untuk meningkatkan penanaman produksi tanaman dan pengoptimalan pemanfaatan lahan. Acara ini dilaksanakan di Desa Dawuhan Wetan, Rowokangkung, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, pada Selasa siang, 14 Januari 2020.

Ketua YKPN, Soud Aminah dan Alfi Rachmadi sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen), serta Dr Ir Jamhadi, MBA sebagai Ketua YKPN Jawa Timur hadir. Hadir pula Samsul (Ketua YKPK Lumajang), Hendra Darmawan (Kepala Desa Dawuhan Wetan, Rowokangkung, Lumajang), Krisna Murtiyanto (Pimpinan Bulog Cabang Probolinggo), dan pimpinan cabang BRI Lumajang.

Baca Juga: Jamhadi : Perlu Kolaboratif Menyiapkan SDM Unggul di Era Disrupsi

Tak lupa juga jajaran pengurus YKPN Jawa Timur seperti Maryanto, Zainuddin, serta Sucipto, pengusaha agrobisnis dari Probolinggo.

Ketua YKPN Jawa Timur, Jamhadi mengatakan, YKPN Jatim mendapat amanah dari YKPN Pusat untuk mendukung petani mendapatkan pupuk dan bibit secara mudah dan bayar setelah panen, serta meningkatkan hasil panen.

Selain upaya meningkatkan produksi, tugas YKPN Jawa Timur ialah mengurangi impor komoditi kedelai, jagung, dan bawang putih. Dalam melaksanakan itu, tentu harus melibatkan ABCG, yang meliputi akademisi, bisnis, komunitas, dan Pemerintah.

"Akademisi melakukan penelitian guna mendapatkan bibit unggul, yang awalnya produktivitas 6 ton per hektar menjadi 12 ton per hektar. Dan itu sudah dilakukan oleh YKPN melalui penelitiannya Profesor Ali Zum Mashar," ungkap Jamhadi, yang pernah menjabat Ketua Kadin Surabaya 2 periode dan Tim Ahli Kadin Jawa Timur, serta Direktur Kadin Institute.

Jamhadi menyebutkan, padi di Jatim masih surplus. Pada tahun 2019, diperkirakan padi surplus 3.454.856 ton. Rinciannya, produksi padi 11.933.069 ton gabah kering giling (GKG) dari luasan panen 2.079.758 hektar. Sementara produksi beras sebanyak 7.756.495 ton, dan kebutuhan konsumsi sebanyak 4.301.639 ton.

"Untuk lebih meningkatkan produksi, pertanian harus dilakukan mekanisasi dan mulai menanam padi organik. Kami siap memfasilitasi petani," ujar Jamhadi, CEO PT Tata Bumi Raya.

Baca Juga: Bertemu Delegasi Bisnis Singapura, Jamhadi Minta Tingkatkan Kerjasama

Pada kesempatan itu, Prof Ali Zum Mashar sebagai penemu Pupuk Mikroba Google BioP2000Z, sependapat dengan Jamhadi bahwa produksi pertanian di Jawa Timur harus ditingkatkan khususnya kedelai.

Dengan penemuannya itu, Prof Ali Zum Mashar yakin impor kedelai bisa dikurangi. Sebab, produksi kedelai lokal bisa ditingkatkan melalui Mikroba Google. Itu pernah dilakukan dengan menghasilkan kedelai dengan batang tertinggi di dunia mencapai 4 meter. Bahkan kedelai itu mendapat rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2004.

"Polongnya juga bisa capai 4000 per pohon. Peningkatan produksi bisanya rata-rata 3,5 ton sampai 5 ton per hektar (ha), menjadi 10 ton lebih per hektar. Di Jatim, kami termasuk yang mempelopori Perhutani daerah basis tanam kedelai dengan mikroba google," jelasnya.

Demikian pula dengan padi. Prof Ali Zum Mashar menjelaskan, Mikroba Google yang ditemukannya itu bisa mempersingkat masa tanam padi sampai panen. Lamanya bisa 2,5 bulan.

Baca Juga: KADIN JATIM & IWAPI Siap Cetak Pengusaha Baru Bidang Kuliner & Fashion

"Saya juga penemu benih padi Trisakti. Umur 75 hari sudah bisa panen dengan produksi rata-rata 15 ton per ha. Kelebihannya pada tahan hama wereng. Umumnya benih padi biasa hanya 6 sampai 7 ton per ha dengan pupuk 8 kuintal. Akibatnya, tanah makin keras akibat pemberian pupuk kimia berlebihan. Dengan mikroba dari kami, panen semakin cepat dan siklus kembangbiak hama bisa terputus. Kami pernah uji coba di Papua yang lahannya tandus, di Dubai, Arab Saudi, Jawa Tengah, dan beberapa daerah lain. Di Papua kami uji coba pada tahun 2016, produksi padi dari 2 ton per ha menjadi 9 ton per ha," jelas Prof Ali.

Ketua YKPN, Soud Aminah menyatakan, YKPN siap memfasilitasi petani agar kedaulatan pangan di Indonesia bisa tercapai.

"Petani tak perlu khawatir untuk biaya pupuk karena kami fasilitasi yang bisa dibayar setelah panen," ujarnya.

Kepala Desa Dawuhan Wetan, Hendra Darmawan merasa bangga karena petani di wilayahnya didukung oleh YKPN. "Pertanian di Desa Dawuhan Wetan telah tertata musim tanamnya. Selain padi, petani menanam palawija," ujar Hendra. (*)

Editor : Redaksi

abadinews.id horizontal

Berita Lainnya

abadinews.id horizontal