Abadinews.id, Kediri - Stunting terjadi bukan hanya karena kekurangan gizi kronis, namun juga karena terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan yang dilakukan sejak anak berada dalam kandungan.
Sayangnya, masih banyak kehamilan berisiko 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu dekat jarak kelahiran) terjadi pada pasangan usia subur (PUS) yang sangat membahayakan jiwa ibu maupun bayi.
Baca Juga: Gunakan Kostum Pejuang, BKKBN Jatim Gelar Peringatan Hari Pahlawan
Inilah yang diupayakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mendampingi keluarga, khususnya PUS dalam merencanakan dan mengatur kehamilan serta jumlah anak yang ideal.
Untuk itu, pada Februari 2024, BKKBN Jawa Timur gerak cepat jemput bola memberikan pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MOW atau tubektomi bagi PUS.
Pelayanan ini dilaksanakan selama dua hari di RSUD Simpang Lima Gumul, Kediri, pada 24-25 Februari 2024, dengan jumlah calon peserta KB MOW 300 orang. Mereka berasal dari 26 kecamatan se-Kabupaten Kediri.
Menurut dr. Sofyan Rizalanda, M.Kes, Ketua Tim Kerja Akses Kualitas, Kualitas Layanan KB&KR BKKBN Jawa Timur, KB MOW atau Medis Operatif Wanita merupakan salah satu cara kontrasepsi jangka panjang yang dapat mencegah Kehamilan tidak diinginkan bagi PUS yang sudah tidak ingin memiliki anak lagi.
Tahun 2024, Provinsi Jawa Timur mendapatkan target jumlah Peserta KB Baru sebanyak 1.070.766, dengan target MOW 6.287. "Tentu kita harus memiliki strategi dalam pencapaian target tersebut," tutur dr. Sofyan.
Dengan dukungan pemerintah daerah dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Penggerakan Pelayanan KB atau DAK BOKB, BKKBN Jatim optimis target tersebut dapat terpenuhi.
Menjelaskan Sabtu (24/02), saat ditemui di lokasi pelayanan, dr. Sofyan melanjutkan, pelayanan KB MOW tengah diminati bahkan ditunggu masyarakat Kediri.
“Pelayanan ini sudah dipesan sejak dua bulan lalu untuk pelayanan awal tahun. Yang semula diagendakan satu hari, karena tingginya animo masyarakat, jadwal pelayanan kita perpanjang menjadi dua hari.”
Melihat minat masyarakat cukup tinggi terhadap metode kontrasepsi MOW, Sofyan menyiasati dengan melaksanakan pelayanan KB MOW melalui bakti sosial yang akan dilaksanakan secara bergiliran di kabupaten/ kota.
Baca Juga: Kaper BKKBN Jatim Beri Kuliah Umum 250 Mahasiswa Umsida Tentang Kesehatan
“Dalam satu tahun rata-rata kita laksanakan 20 kali gerak di seluruh Jawa Timur. Ini akan dilaksanakan secara bergiliran di kabupaten/ kota di Jawa Timur,” jelasnya.
Pelayanan yang dikemas dalam kegiatan Baksos KB MOW ini dilaksanakan dalam rangka TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD ke-119) serta bertepatan dengan rangkaian Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1220 di 2024.
Meskipun ini namanya baksos, sebelum akseptor dilayani dilakukan screening ketat. Pemeriksaan medis sedemikian rigid. Ketika ditemukan calon akseptor tidak memenuhi syarat untuk dilayani, akseptor tersebut tidak akan dilayani dan disarankan untuk ber-KB dengan metode lain.
Selain kuantitas yang terus ditingkatkan, BKKBN juga berupaya menjaga kualitas pelayanan. Harapannya, seluruh warga Jatim yang ingin ber-KB bisa mendapatkan akses yang mudah dan bisa dilayani dengan baik.
• Tekan AKI dan AKB
Baca Juga: BKKBN Jawa Timur Pertahankan Sertifikat ISO SMAP
Di tempat yang sama, dr. Nurwulan Andadari, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Kediri, mengatakan pelayanan ini juga sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kediri menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
“Alhamdulillah, untuk AKI kita sudah jauh berkurang, di bawah 10 untuk tahun 2023. Kemudian juga yang saat ini menjadi isu nasional yaitu stunting, kita sangat berharap tidak muncul kehamilan yang tidak diinginkan yang akan menjadi pencetus stunting,” terang Andadari.
Andadari menegaskan Bupati Kediri yang kerap disapa Mas Bupati mendukung kuat upaya percepatan penurunan stunting di wilayahnya.
”Mas Bupati sangat concern dalam percepatan penurunan stunting. Kalau sebelumnya dengan menekankan “One Digit Stunting” yang di tahun 2023 kita sudah capai menjadi 9,53 versi bulan timbang, untuk 2024 ini Mas Bup menargetkan “Zero Stunting”.
Harapannya tidak muncul stunting yang baru. "Tentunya harus dimulai dari kehamilan yang diinginkan,” pungkasnya.(4U)
Editor : hadi