Situbondo - Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019, di Situbondo berlangsung meriah. Ratusan siswa dari usia dini hingga sekolah menengah sederajat berbaur di tempat wisata Karang Kene, desa Olean, kabupaten Situbondo, JawaTimur, Kamis (17/10/2019)
Mereka bermain aneka mainan tempo dulu, seperti telepon kaleng, dakon, lompat tali, engklek, bakiak, dor salendor, sodor dan ular tangga.
Baca Juga: The Alana Surabaya is Back, Majukan Dunia Pendidikan dan Pariwisata
Pada saat acara inti, dimana ratusan anak-anak termasuk disabilitas mengikuti dialog interaktif untuk menyampaikan keluhannya langsung kepada Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto. Seorang anak SD yang lumpuh kedua kakinya, maju dengan berjalan menggunakan kedua tangannya.
"Pak Bupati, nama saya Faqih. Saya minta ada bidang miring di sekolah saya, karena kalau masuk kelas saya harus dibopong, karena tidak bisa masuk menggunakan kursi roda," kata Faqih sembari menatap Bupati.
Tak berhenti disitu, Faqih mengaku, sudah empat tahun dirinya merasa kesulitan masuk kelas. Sebenarnya hal itu dianggap sudah biasa, namun Faqih yang saat ini duduk di kelas IV SDN 01 Pesanggrahan, Kecamatan Jangkar ini, tidak ingin menyusahkan guru dan temannya.
"Kalau ada bidang miring, saya bisa masuk kelas sendiri menggunakan kursi roda," imbuh Faqih.
Dadang Wigiarto langsung merespon permintaan Faqih dengan memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud), untuk segera mengatasi dan mengabulkan keinginan Faqih.
"Kami akan segera membuat bidang miring di sekolah Faqih," kata Bupati berjanji.
Baca Juga: Emil Pastikan Fokus Kesehatan, Pendidikan, Kemiskinan dan Pengangguran
Tak hanya itu, Bupati berjanji akan memenuhi semua kebutuhan disabilitas, termasuk biaya pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi, jika anak didik penyandang disabilitas itu berkeinginan untuk menggapai cita-citanya.
"Program Situbondo Unggul juga menyediakan beasiswa pendidikan, untuk membantu anak didik berprestasi dan kurang mampu," kata Bupati.
Usai menjawab pertanyaan Faqih, Bupati langsung meletakkan pengeras suara yang dipegangnya, dan menghampiri Faqih, kemudian menggendongnya. Sikap Bupati mendapat tepuk tangan dari seluruh yang hadir.
"Saya memang ingin digendong Bupati," imbuh Faqih dengan suara lirih.
Baca Juga: Pendidikan Vokasi Jadi Pondasi Penguatan Ekonomi Kreatif
Sementara itu, Riska (30), guru kelas Faqih mengaku, bahwa Faqih anak yang tekun dan punya kemauan keras untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang polisi.
"Anaknya rajin, sukanya mata pelajaran Matematika. Tapi terkadang saat mengerjakan tugas sering terburu-buru," ungkap Riska.
Namun terkadang Faqih agak lambat dalam berfikir, karena keterbatasan fisik yang dideritanya. Maklumlah, saat di kelas, Faqih sering turun dari kursi rodanya dan berjalan menggunakan kedua tangannya.
"Mungkin karena lelah, maka harus berjalan pakek tangan," imbuh Riska.
Editor : Redaksi