Jember - Desa Gambirono merupakan salah satu desa di Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember yang mayoritas penduduknya bercocok tanam dan bekerja di sektor pertanian. Pertanian yang dikembangkan meliputi budi daya sengon, padi, pembibitan durian, sayur-sayuran, dan buah naga. Desa Gambirono juga terkenal menghasilkan olahan kayu lapis (plywood) dari bahan baku sengon dan memiliki dua pabrik plywood sejak tahun 2006 dimana membuka lowongan kerja bagi masyarakat sekitarnya.
Dosen Politeknik Negeri Jember I Putu Dody Lesmana senin (14/10/19) menjelaskan, walaupun sektor pertanian, bercocok tanam dan olahan kayu lapis menjadi penggerak ekonomi masyarakat Desa Gambirono, tetapi pendapatan masyarakatnya rendah. Hal ini dilihat dari kondisi rumah tangga dimana sebagian rumah beralaskan tanah, kompor menggunakan kayu bakar. Lemahnya kemandirian ekonomi disebabkan pengetahuan dan wawasan masyarakat yang kurang dikembangkan oleh desa, tingkat ketergantungan pada subsidi pupuk kimia dari Pemkab Jember masih tinggi sehingga menurunkan pendapatan, dan sanitasi lingkungan rendah yang turut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Forkopimda Jatim Lakukan Vaksin Berbasis Komunitas Kampus di UPN
“Banyak sampah organik sisa hasil pertanian atau pengolahan kayu yang dibiarkan berserakan atau ditumpuk di pekarangan. Produksi sampah plastik dan sampah anorganik lainnya dari rumah tangga, sekolah atau industri sekitar semakin meningkat, tetapi karena tidak memiliki tempat pembuangan atau pengolahan sampah maka sampah-sampah tersebut banyak dibuang ke sungai, jalan raya, pekarangan atau dipendam dengan membuat kubangan tanah bagi warga yang memiliki pekarangan,” kata Dody kepada awak media.
Selain itu, lanjut Dody Lesmana, kondisi banjir di musim hujan telah menjadi hal biasa yang disebabkan timbunan sampah menyumbat selokan, meluapnya aliran sungai karena pendangkalan akibat sampah. Hal ini menjadi sumber penyakit demam berdarah dan diare. Adanya genangan air saat hujan menghalangi mobilitas masyarakat untuk bekerja karena infrastruktur jalan desa banyak yang belum berpaving atau aspal.
Baca Juga: Ketua DPD RI Berharap Inovasi Bangunan Tahap Gempa Kampus Untirta
Untuk mengatasi permasalahan ini, melalui kegiatan Program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kepada Masyarakat (PPTTG) yang didukung oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia dan Politeknik Negeri Jember telah dibentuk unit Material Recovery Facility (MRF) padat karya melalui penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah terpadu dan pembentukan jejaring manajemen bank sampah.
Pengolahan sampah organik dilakukan dengan dua cara, yaitu untuk sampah organik basah dari limbah rumah tangga, masyarakat Desa Gambirono dibimbing untuk bisa membuat Effective Microorganism (EM) sendiri yang disebut Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai bakteri pengurai sampah dan pupuk organik cair (POC). Sedangkan untuk sampah kering dilakukan proses pencacahan menggunakan mesin pencacah organik dan dibuat pupuk kompos organik dengan campuran MOL menggunakan sistem sistem aerated static pile.
Baca Juga: Ketua DPD RI Sampaikan 5 Semangat di Universitas Muhammadiyah Sorong
Sedangkan untuk sampah plastik seperti gelas plastik dan botol minum plastik serta sampah besi dilakukan penjualan ke pengepul yang lebih besar, dimana uang hasil penjualan dikembalikan lagi kepada masyarakat penyetor yang diwujudkan dalam bentuk uang tunai, sembako yang diambil dari toko-toko sekitar dari masyarakat Desa Gambirono atau iuran kesehatan BPJS dari masyarakat penyetor.
Sebaliknya sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual dapat dicacah menjadi cacahan plastik menggunakan mesin pencacah plastik dan dilebur menggunakan oli bekas melalui mesin pelebur plastik untuk dijadikan produk paving plastik yang siap untuk dijual. Dengan pemanfaatan produk daur ulang sampah dapat mendatangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat Desa Gambirono khususnya ibu-ibu rumah tangga dan membuka lowongan pekerjaan bagi pemuda Desa Gambirono untuk aktif berpartisipasi dalam pengelolaan bank sampah Desa Gambirono. Selain itu, melalui kegiatan PPTTG ini secara bertahap telah mengubah kebiasaan masyarakat Desa Gambirono yang semula membuang sampah sembarangan, menimbun sampah dalam tanah, atau membuang sampah di saluran air dan sungai menjadi masyarakat yang lebih mencintai kelestarian lingkungan dan kesehatan. Masyarakat Desa Gambirono saat ini memiliki slogan “sampahku adalah milikku”.
Editor : Redaksi