Malang, Abadinews.id - Kampung Budaya Polowijen selalu memberikan warna yang berbeda dalam setiap eventnya. Suguhan tradisional meskipun sedikit lebih sederhana dari sebelumya, kali ini Minggu, (14/11) Festival Panawijen Djaman Bijen#4 Kampung Budaya Polowijen nampak suasana sakral masih terasa. Tepat 1077 Tahun Polowijen ada yang dulu bernama Panawidyan sesuai nama prasasti Warundungan Kanjuruhan B hari ini di peringati.
Sebelum acara di mulai terlebih dulu gamelan di tabuh mengiringi wilujengan/selamatan.
Baca juga: Kakang Mbakyu Malang, Wilujeng Kamulyan Bangkitkan Kampung 1000 Topeng
“Peringatan ulang tahun hari jadi Polowijen ke 1077 tahun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Arkelog Malang Dwi Cahyono pada saat peremian Kampung Budaya Polowijen,” terang Ki Demang Penggagas Kampung Budaya Polowijen yang sudah empat tahun di laksanakan.
Acara wilujengan di pimpin langsung oleh Ki Demang dengan memanjatkan doa jawa. Di dampingi oleh Ki Surjono yang sebelumnya di buka dengan nembang/ngidung dari terjemahan Al-Fatehah.
Lengkap dengan tumpeng, cok bakal, ubo rampe, kembang setaman, jenang palang, jenang ponco warno serta suguhan pisang sandingan minuman. Semua di tafsirkan dalam Bahasa jawa itu adalah perlambang doa dan permintaan yang di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapannya adalah tahun ini semoga makin dijauhkan dari bencana termasuk segera dipulihkan dari Pandemi Covid-19.
Sebagai penanda acara dibuka dengan Tari Topeng Bapang dan Sabrang dengan iringan gamelan dari Kampung Satrio Turonggo Jati. Titik Nur Fajriah Selaku Wakil Ketua KBP dalam sambutannya mengucapkan “Terima kasih, KBP sudah di boleh di buka untuk kunjungan wisata, dan event dapat dilaksanakan secara hybrid, sehingga tayangan virtual ini memastikan wisatawan dapat berkunjung ke KBP.”
Baca juga: Parade Jajanan Lawas Kampung Heritage Kajoetangan
Festival Panawijen Djaman Mbijen di KBP ini dihadiri oleh Artis Swastini Kasi Pengembangan Industri Pariwisata perwakilan Disporapar Kota Malang yang melakukan monitoring event dari awal hingga akhir untuk memastikan bahwa penyelenggaraan event melalui Protokol Kesehatan dan pemanfaatan layanan QR Code di Kampung Budaya Polowijen.
Festival di KBP kali ini nampak berbeda dari biasanya yang langsung dihadiri 6 orang Kakang Mbakyu Kota Malang yaitu Mbakyu Sara, Kang Putra, Kang Ferdi, Mbakyu Masayu, dengan Mbakyu Rachel. Sontak mereka semua diajak showing keliling ke masing masing stan oleh MC Afrilia Wijayanti dari Forkom Pokdarwis Kota Malang yang di damping oleh Rabindra Annesa Danesjvara MC dan Penari Topeng KBP.
Kakang Mbakyu Kota Malang diajak melihat perpustakaan budaya, pameran foto dan quote budaya, mendapatkan edukasi di galeri topeng dan wayang, melihat ragam macam mainan tempo anak anak dulu, diajak membatik, diajak mencicipi semua kuliner tradisional yang tersaji, hingga menonton gelaran wayang secara singkat termasuk menari Topeng Bapang secara bersama-sama.
Baca juga: Topeng Malang Kolaborasi dengan Jaranan, Jenggirat Fest Kampung Satrio
“ini kesempatan berharga bagi kami generasi millenial untuk merasakan suasana seperti ini. Terutama kesempatan untuk belajar membatik, menari, menikmati jajanan jadul, dan banyak lagi,” jelas Mbakyu Sara Inka Putri. Harapannya, semoga festival seperti ini dapat dilangsungkan lebih sering lagi supaya teman-teman lain juga bisa menyaksikan, terlibat dan merasakannya.
Munurut Sara, Malang ternyata menyimpan banyak sekali seni budaya yang tidak banyak diketahui kebanyakan orang, “Tempat belajar macapat, Topeng Malangan, dan tari Ragil Kuning menggambarkan kesetiaan seorang wanita justru saya temukan di Kampung Budaya Polowijen ini.”
Nampaknya perlu di ekplorasi dan dikuatkan publikasinya sehingga menjadi tempat wisata budaya yang sesungguhnya. Kami siap promosikan Topeng Malang sebagai tarian khas wisata budaya di Kota Malang, pungkas Sara.(Er)
Editor : hadi