Bima, Abadinews.id - Tragedi banjir bandang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat yang terjadi Jumat siang kemarin (2/4) terdahsyat setelah tiga hari berturut-turut diguyur hujan lebat. Ribuan rumah dan kantor-kantor terendam banjir, ribuan hewan ternak hanyut hingga mengakibatkan kerugian ditaksir triliunan rupiah lebih.
Berdasarkan laporan video yang dibidik warga-warga terdampak banjir bandang setempat yang dikirim ke media ini, terlihat sejumlah jembatan lintas jalan negara dan propinsi juga terputus total, ada pula yang terbelah dua, hingga arus transportasi dan perhubungan putus total.
Baca juga: Pasca Banjir Lumajang, TNI Polri Bersihkan Saluran Air
Air banjir mengalir dengan derasnya, semua yang dituju menjadi hanyut dan berantakan. Ribuan rumah penduduk mengalami rusak berat, kantor pos, kecamatan, puskesmas, polsek di Kecamatan Monta, Woha, Bolo, Madapangga di Kabupaten Bima bagian selatan dan barat terlihat atapnya saja.
Nasib persawahan dan tambak ribuan hektar hancur di empat kecamatan tersebut, pertambakan di desa Talabiu, Pali, Simpasai, Sondo dan Daru semua petani dan penambak menangis sedih.
Banjir bandang ini terdahsyat dibanding tragedi yang sama terjadi di Kota Bima sekitar Maret 2017. Banjir bandang terdahsyat kali ini diduga terjadi akibat jebolnya bendungan raksasa di Kabupaten Bima bagian selatan dan gundulnya hutan pegunungan, sehingga Bendungan Pela di Parado, Kecamatan Monta dengan ketinggian sekitar 350 meter diatas permukaan air laut dengan luas belasan hektar, tak mampu lagi menampung tadahan hujan lebat.
Baca juga: Polres Tulungagung Beri Bantuan Warga Desa Kedoyo Alami Musibah Akibat Hujan Lebat
Tak hanya kecamatan Monta dan Woha yang merasakan paling deras terjangan banjir tersebut, bahkan sampai ke kecamatan Bolo dan Madapangga sekitar 60 Km jaraknya dengan bendungan diatas gunung tersebut, semua rumah, kantor rusak berat dan sawah-sawah yang menunggu panen menjadi sasaran ngamuknya banjir, menimbulkan kerugian sangat besar.
Belum bisa dihubungi pihak terkait di Kabupaten Bima disebabkan kesibukan mereka di lokasi-lokasi banjir bandang dan ke desa-desa yang terdampak berat. Tampak terjangan banjir tidak terkecuali jauh dekatnya dengan sumber Bendungan Pela, kecamatan Bolo dan Madapangga mengalami nasib yang sama parah dan beratnya.
Salah satu tokoh masyarakat Bima di kota Surabaya, advokat senior Syafruddin Bani,SH turut prihatin dan berduka atas tragedi bencana besar tersebut dan mengatakan, pihaknya baru kali ini melihat banjir bandang terdahsyat yang pernah terjadi sebelumnya. "Setua saya ini baru kali ini saya melihat banjir bandang yang maha dahsyat di daerah kelahiran saya", ujarnya Sabtu siang (3/4) kepada media ini di Jalan Surabayan Gang II, Kelurahan Kedungdoro, Kota Surabaya.
Baca juga: Polres Pasuruan Kota Bersama TNI dan Warga Sigap Tangani Banjir
Terkait penyebab terjadinya banjir bandang terdebut, pengacara senior Kota Surabaya itu mengungkapkan, bencana banjir itu tidak lepas dari ulah sebagian masyarakat adat yang merambah hutan seenaknya, sampai semua gunung yang ada di Kabupaten Bima itu gundul kayak kepala yang botak.
Ketika ditanyakan solusinya, advokat Syafruddin Bani, SH mengatakan, sekarang saatnya Pemkab Bima dan Pusat meninjau ulang kebijakan tentang perambahan hutan agar banjir tidak terulang kembali. (AD1)
Editor : hadi