Wapres Minta Umat Bangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

avatar abadinews.id
Wapres RI KH. Ma'ruf Amin didampingi Kasal saat menghadiri acara Harlah NU
Wapres RI KH. Ma'ruf Amin didampingi Kasal saat menghadiri acara Harlah NU

Abadinews.id, Surabaya — Sejarah telah mencatat bahwa umat Islam pernah menorehkan tinta emas dalam membangun peradaban. Namun, hal itu kemudian mengalami era kemunduran, karena saat ini dunia sudah masuk pada babak baru peradaban, terutama karena globalisasi yang tidak terbendung. Untuk itu, penting bagi umat Islam untuk mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya membangkitkan kembali kejayaan Islam dalam membangun peradaban.

“Peran ilmu pengetahuan (sains) sangat penting, dan bahkan ia berfungsi sebagai kunci peradaban ( ),” tutur Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin ketika membuka Muktamar Internasional I Fiqih Peradaban yang merupakan rangkaian agenda Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), di Hotel Shangri-La, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin (06/02/23).

Baca Juga: Pererat Silaturahmi dengan Rakyat, TNI Gelar Bhakti Kesehatan Massal

Wapres pun menolak pendapat yang menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan penyebab munculnya berbagai permasalahan di muka bumi.

“Tidak benar anggapan bahwa ilmu pengetahuan merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kekacauan di muka bumi ini. Sumber kerusakan dan kekacauan di muka bumi ini adalah nafsu serakah manusia yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan,” jelas Wapres mengingatkan.

Baca Juga: Korem 084/BJ Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW 1446 H / 2024 M

Selain ilmu pengetahuan, lebih jauh Wapres menekankan, bahwa untuk menghadapi arus globalisasi yang serba digital, umat Islam juga harus mengusai teknologi.

“Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai kunci peradaban tersebut. Yaitu SDM yang unggul, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” terang Wapres.

Baca Juga: Berbagai Instansi Bersatu saat Latihan Penanggulangan Bencana

Di sisi lain, Wapres mengingatkan, dengan pengaruh globalisasi yang menyebabkan munculnya berbagai isu kontemporer, para ulama harus mampu mencari solusi dari berbagai isu tersebut. Sebab menurutnya, ketentuan fiqih sebelumnya, mungkin tidak sesuai dengan permasalahan yang terjadi saat ini.

“Oleh karena itu, para ulama dituntut mampu menjawab dinamika peradaban baru ini, yang di banyak sisi sangat berbeda dengan peradaban sebelumnya. Ketentuan dalam fikih yang merupakan respons terhadap peradaban sebelumnya, bisa jadi tidak cocok lagi untuk merespons peradaban saat ini, sehingga dibutuhkan konstruksi fikih baru yang lebih sesuai dengan peradaban saat ini,” pungkas Wapres.(AD1)

Editor : hadi

abadinews.id horizontal

Berita Lainnya

abadinews.id horizontal