Banyuwangi - Sinergi Pemerintah dan Ulama dalam Pengambilan Kebijakan Keumatan, di Banyuwangi, menjadi kunci dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di wilayah setempat. Hal tersebut dilakukan secara rutin, seperti halnya yang dilakukan pada Kamis (10/10/2019), di El Royal Hotel, yang diikuti oleh 1000 tokoh agama dan tokoh masyarakat lintas agama se-Banyuwangi.
Acara tersebut dihadiri berbagai tokoh lembaga keagamaan, mulai dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banyuwangi KH. M. Yamin, Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Banyuwangi Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, serta perwakilan agama Islam, Katolik, dan Hindu.
Baca Juga: Ajang Tali Silaturahmi, Korem Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Pemkab Banyuwangi, Dwi Yanto, Kamis (10/10/2019) mengatakan, rakor sinergitas ini merupakan cara Banyuwangi untuk menjaga kerukunan ditengah kemajemukan masyarakat Banyuwangi, karena memang Banyuwangi memiliki berbagai suku, mulai dari Osing, Madura, Bali Mataraman, hingga suku bugis, dengan beragama agama yang mereka anut.
“Agama dan suku di Banyuwangi cukup beragam, memungkinkan sekali terjadi gesekan-gesekan di dalamnya, namun dengan peran para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang kerap menggelar silaturahim selama ini, Alhamdulillah Banyuwangi tetap rukun dan aman,” kata Dwi.
Pertemuan rutin ini tidak hanya dilakukan dengan tokoh agama dan masyarakat, namun, Banyuwangi juga rutin mempertemukan anggota TNI dan Polri, satlinmas, dengan tokoh masyarakat tersebut.
Baca Juga: Dampak Kebakaran Hutan Ganggu Aktivitas Warga Jember
“Pertemuan ini memang rutin kami lakukan dengan semua tokoh-tokoh yang tujuannya agar terjadi kesepahamandan Sekaligus untuk mengantisipasi masalah yang akan datang,” tambah Dwi Yanto.
Dalam rapat koordinasi Sinergitas Pemerintah dan Ulama dalam Pengambilan Kebijakan Keumatan tersebut menghadirkan nara sumber Plt. Asisten Deputi Pemberdayaan dan Kerukunan Umat Beragama, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Cecep Khairul Anwar.
Cecep mengatakan pertemuan rutin antar tokoh untuk membahas masalah masyarakat memang perlu dilakukan, apalagi di tengah situasi saat ini. Para tokoh yang rutin bertemu, lanjut Cecep, bisa mengantisipasi masalah yang sekiranya akan muncul.
“Pertemuan rutin semacam ini jarang saya temui di daerah lain. Biasanya tokoh-tokoh bertemu setelah ada kejadian tertentu, tapi tidak di Banywuangi. Mereka rutin ebrtemu untuk membahas masalah kemasyarakatan yang berpotensi konflik,” kata Cecep, Kamis (10/10/2019).
Cecep juga menilai Banyuwangi sangat tepat dalam mengambil langkah untuk menjaga kerukunan umat. Yang dimaksud Cecep adalah bagaimana Banyuwangi menajga ekonomi warga dengan melakukan proteksi terhadap pelaku ekonomi besar. Contohnya adalah pembatasan toko ritel modern untuk melindungi toko kelontongan.Son/PW
Editor : Redaksi