Tim Ahli KADIN Jatim Memaparkan Potensi di Indonesia Bagian Timur

abadinews.id
Jamhadi (kiri) menerima cinderamata usai jadi narasumber dalam IBT Investment Forum

Surabaya - Dr Ir Jamhadi, MBA, selaku Tim Ahli Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Jawa Timur di bawah kepemimpinan Ir H La Nyalla Mahmud Mattalitti memaparkan tentang peluang dan potensi di Indonesia Bagian Timur dalam IBT Investasi Forum dengan tema "Potensi Wilayah Bagian Timur Indonesia" yang digelar di Garden Palace Hotel Surabaya pada Jumat pagi, 11 November 2019.

Selain Jamhadi, nara sumber lain ialah Sulaiman (Ketua Himpunan Pengusaha Santri Indonesia/HIPSI) dan Muhammad Luthfy (Ketua HIPMI Surabaya).

Baca juga: YKPN Sosialisasi Revolusi Peningkatan Produktivitas Pertanian

"Pusat ekonomi masih di Jawa. BPS mencatat produk domestik bruto pada tahun 2018 sebesar Rp 14,8 ribu triliun, Pulau Jawa masih menjadi pusat perekonomian nasional dengan kontribusi 58,48%, Sumatera 21,58%, Kalimantan 8,20%, Sulawesi 6,22%, Bali & Nusa Tenggara 3,05%, Maluku & Papua 2,47%," jelas Jamhadi, yang juga jadi CEO PT Tata Bumi Raya.

Pusat ekonomi di Jawa itu didukung oleh kemudahan berbisnis. Dijelaskan Jamhadi, easy of doing business dari kategori daya tarik investor, keramahan bisnis, kebijakan yang kompetitif berdasarkan Asia Competitiveness Institute tercatat Jawa Timur masih di peringkat satu.

Tercatat, nilai Jawa Timur sebesar 1,795, disusul Jawa Barat (1,720), Jawa Tengah (1,449), Jakarta (1,325), Yogyakarta (1,056), Kaltim (1,022), Sulteng (0,919), Kalsel (0,816), Sulsel (0,765), Gorontalo (0,663).

"Melihat kinerja itu, maka KADIN Jatim berkolaborasi dengan pelaku usaha di Indonesia Bagian Timur dalam meningkatkan hubungan dagang, khususnya mengoptimalkan 26 KPD (kantor perwakilan dagang) Jawa Timur serta investasi dan pariwisata," sebut Jamhadi.

Sebanyak 26 KPD Jawa Timur itu tersebar di Samarinda, Banjarmasin, Makasar, Kupang, Mataram, Manado, Pontianak, Kendari, Ternate, Palu, Jambi, Medan, Bangka Belitung, Bandar Lampung, Bengkulu, Padang, Denpasar, Palembang.

Dalam meningkatkan hubungan dagang dan mengoptimalkan peluang yang ada di Indonesia Bagian Timur, tentu diperlukan akses yang mudah. Hal tersebut didukung oleh tol laut.

Baca juga: Jamhadi : Perlu Kolaboratif Menyiapkan SDM Unggul di Era Disrupsi

Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), salah satu programnya ialah mewujudkan tol laut menjadi Poros Maritim Dunia, yang diupayakan melalui pembangunan 24 pelabuhan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.

"Program tol laut itu diharapkan mampu mempercepat jalur logistik yang diperlukan di seluruh pelosok Indonesia," lanjut Jamhadi, Direktur KADIN Institute.

Lebih lanjut Jamhadi menjelaskan, dalam pengembangan ekonomi, Pemerintah sudah membuat pengembangan 6 koridor Indonesia, yakni Koridor Sumatera (sentra produksi dan pengolahan hasol bumi dan lumbung energi nasional), koridor Kalimantan (pusat produksi dan pengolahan hasil tambang & lumbung energi nasional).

Ada lagi Koridor Papua - Kepulauan Maluku (pusat pengembangan pangan, perikanan, energi dan pertambangan nasional), Koridor Sulawesi (pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan serta pertambangan nikel nasional), Koridor Jawa (pendorong industri dan jasa nasional), Koridor Bali-Nusa Tenggara (pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional).

Baca juga: Bertemu Delegasi Bisnis Singapura, Jamhadi Minta Tingkatkan Kerjasama

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai tahun 2014 sampai 2018 bergerak stabil, dengan pertumbuhan 5,01% (2014), 4,88% (2015), 5,03% (2016), 5,07% (2017), 5,17% (2018).

Tahun 2018 merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 5,17% (Y o Y). Pertumbuhan didorong oleh sektor pertambangan dan infrastruktur.

Sementara, laju inflasi tetap terjaga, dari awalnya 8,36% (2014), 3,35% (2015), 3,02% (2016), 3,61% (2017), 3,13% (2018), 3,5% (semester I 2019). Faktor pendorong inflasi terjaga di tahun 2018 yaitu kondisi harga pangan yang cukup terkendali dan optimalisasi kebijakan subsidi BBM yang lebih tepat sasaran.

"Tahun 2019, laju inflasi dijaga pada tingkat 3,5%. Strategi pengendalian inflasi difokuskan pada keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif. Dan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,30%," jelas Jamhadi. (*)

Editor : Redaksi

Peristiwa
Berita Terpopuler
Berita Terbaru