Malang, Abadinews.id - Pagelaran bertajuk "Deso mowo coro, negoro mowo toto,” adalah sebuah pribahasa jawa yang kurang lebih memiliki arti “Desa memiliki adat, negara memiliki aturan/hukum”. Meskipun di masa Pandemi Covid-19 di Dusun Pijiombo, Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang tetap menyelenggarakan acara ritual Sela (bulan jawa) atau Dzulhijah (bulan Hijriyah) tepatnya selalu di hari Senin Kliwon (28/06/21).
Ritual itu disebut dengan Nyadran suguh pundhen nang sumber. Di Pijiombo Wonosari terdapat makam mbah Ngarijan adalah salah satu di antara pasukan Pangeran Dipanegara dari kerajaan Mataram di makamkan di dekat sumber air. Air dari sumber yang mengaliri semua daerah pertanian di Kecamatan Wonosari.
Baca juga: Kakang Mbakyu Malang, Wilujeng Kamulyan Bangkitkan Kampung 1000 Topeng
Riwayat Ngarijan tidak terlalu istimewa, namun masyarakat Desa Pijiombo meyakini Ngarijan adalah orang yang pertama kali membuka lahan untuk pemukiman di Desa Pijiombo. Namun ritual nyadran suguh pundhen di sumber. Setidaknya dapat di ketahui sekitar tahun 2004 Pada Bulan Selo atau, warga Pijiombo untuk pertama kalinya menambah acara bersih desa itu dengan kirap Topeng dan setelah itu menyelenggarakan gebyak wayang topeng di sekitar Balai Desa.
Cerita tentang nyadran Suguh Punden dengan Kirab Topeng serta menari topeng di punden terjadi sejak 16 tahun yang lalu dimana waktu itu topeng (legenda) yang telah hilang tiba-tiba kembali berada di desa ini. Nah untuk mengantisipasi kemungkinan buruk didusun ini, maka dibuatlah acara kirap topeng legenda ini, sehingga sampai saat ini acara bersih desa dengan ritualan Nyadran Suguh punden di sumber selalu menampilkan topeng Malang.
Pijiombo termasuk satu kawasan dengan tempat makam Embah Junggo, dipuncak Gunung Kawi. Makam Eyang Junggo selama ini memang dikenal luas oleh masyarakat sebagai tempat yang dianggap keramat dan memiliki nuansa magis. Ditempat itu kerapkali dijumpai warga pendatang yang tidak sekedar berwisata, tetapi mereka sering menjalankan ritual-ritual tertentu sesuai dengan keyakinannya. Tak terkecuali punden mbah Ngarijan dan sumber juga di datangi oleh tamu dari Gunung Kawi.
Harsoyo selaku sesepuh dan pimpinan Topeng Madyo Utomo Pijiombo mengatakan bahwa “Ritual Suguh punden yang di ikuti oleh belasan penari topeng serta ratusan warga sebenarnya merupakan ritual adat bersih desa dalam rangka mengucapkan rasa syukur pada sang pencipta.”
Baca juga: Kakang Mbakyu Kota Malang Hadiri Festival Panawijen KBP
Selain itu juga meminta doa agar disirnakan pageblug Covid-19 seusai “ngujubne” (membaca doa dan mantra) yang lengkap dengan sesaji cok bakal, membakar kemenyan, Jenang palang, disertakan sejumlah topeng-topeng yang akan digunakan untuk menari, yang dilanjutkan dengan kenduri, dan makan bersama.
Suroso Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Malang yang datang pada siang hari saat gebyak wayang topeng juga mengatakan “ini merupakan pelestarian adat dan tradisi sebagai amanah pemajuan kebudayaan yang tertuang dalan UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan kebudyaan.” Maka peletarian adat ini perlu di pertahankan kalau bisa di kemas dalam bentuk event yang lebih menari, ucap Suroso sang guru Topeng Malang.
Yang menarik di Pijiombo bersih desanya bernuansa khas Topeng Malangan yang jarang di jumpai di desa lain karenanya Suroso menilai bahwa "pelestarian melalui regerenerasi di Pijiombo telah berjalan baik meskipun banyak di dominasi oleh remaja perempuan untuk penari topengnya tapi untuk pengrawitnya masih belum yang terpenting mereka semangan berlatih."
Baca juga: Kakang Mbakyu Kota Malang Ramaikan Festival Dolanan di Kampung Dolan
Suroso yang juga merupakan Tokoh Seniman Topeng Malang Juga sedang mengupayakan bersama dengan desa membuat sanggar permanen, ini saya sudah diskusi dengan Kepala Dusun Riyoko di Balai Desa akan di gebyak wayang topeng rutin tiap 36 hari sekali di sanggar durasi lebih pendek.
Selain itu, karena Dusun Pijiombo ini masuk di Kecamatan Wanasari Tempat Wisata Religi perlu juga di pentaskan rutin di Gunung Kawi. Peran serta Pemdes, BPD, BUMDes dan Pokdarwis memfasilitasi kesenian Topeng Malang ini, kata Suroso dari Kedungmonggo cucu maestro Topeng Malang Mbah Karimun.
Dalam kesempatan Gebyak Wayang Topeng dengan lakon Rabine Panji hadir pula pegiat topeng diantaranya Ki Demang Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Yudit Perdananto Kolektor Topeng dan Dalang Wayang Jekdong, Ririn Sinden Wayang Topeng Kedungmonggo, Bagas Dalang Topeng dari Gunung Mawi , Nur Duriana Penari Topeng Wanasari yang turut serta mendukung Gebyak Wayang Topeng rutin tahunan di Pijiombo. (AD1)
Editor : hadi